CERITA ANTARA GURU DAN MURID PADA SAAT UJIAN ( Proses dan Instan Bagian I )
"
Tapi berbeda halnya dengan anak yang melalui
proses, jika hasilnya tidak baik maka dia akan menyadari bahwa itulah kemampuan
saya, dan saya harus tetap berusaha walau selangkah demi selangkah. Jika dicontohkan
dari percakapan diatas jika anak tersebut malamnya belajar, kemudian pada saat
ujian mengerjakan sendiri pada akhirnya jika hasilnya kurang baik atau jika
dalam penilain dia mendapatkan nilai terjelekpun yaitu angka 0 (nol), kemudian
anak tersebut tahu letak kekuranganya ada dimana disitu anak tersebut akan
belajar dan pada saat ada ujian ulang kemudian ada perubahan nilai dari yang
tadinya 0 menjdi 10 atau 0,1. Dan disinilah peranan orang tua dan guru
terkadang kurang peka bahwa sekecil apapun perubahan itu jika itu menujukan
perkembangan yang lebih baik dari sebelumnya kenapa tidak diakui. Dan dilihat
dari sisi baikannya ada pada cara anak tersebut melalui proses."
G : sesuai peraturan pada saat
ujian, dilarang menyotek, memakai alat bantu hp,kertas atau apapun.harus
mengerjakan sendiri sesuai kemampuan.
M : wah guru jahat, killer,
terllu ketat.dan lain sebagainya.
G : iya g pa2 saya dibenci atau
kalian g suka sama saya .
M : saya kalo nilainya jelek
dimarahin ya pak sama orang tua bahkan guru mata pelajaranya.
mulailah para murid mengerjakan
ujian. dalam proses ujian tersebut. beberapa kali guru mengingatkan hayo g boleh
nyontek dan saling menyotek. dan pada akhirnya karena masih tetap saling
menyotek atau bekerja sama pada akhirnya salah satu murid dipindahkan kedepan,
murid tersebut duduk disamping guru, itu dilakukan sebagai pelajaran untuk yang
lain agar tidak terjadi hal tersebut. dan itu hanya bertahan beberapa saat saja
dan pada akhirnya setelah diumumkan ujian tinggal 30 menit lagi. disinilah
mulai lagi ada saling menyotek. pada saat itu pula guru tersebut langsung
mengabil LJK anak-anak yang bekerja sama tersebut, bahkan hppun dirampas karena
mencari jawaban melalui hp tersebut. muridpun semakin tidak suka dengan guru
tersebut, kemudian
G : maafkan saya telah melakukan
hal tersebut, saya melakukan ini semua bukan karena saya jahat ataupun
menginginkan nilai kalian jelek. tapi saya melakukan ini karena saya sayang, bahkan
peduli dengan kalian, dan ingin mengubah mindset kalian bahwa nilai bukanlah
yang nomor 1 dalam sebuah pembelajaran atau mencari ilmu melainkan cara untuk
mendapatkan nilai tersebutlah yang terpenting apakah melalui proses ataukah
dengan cara instan.
M : iya pak saya minta maaf.
cerita nyata diatas juga mungkin
sudah pernah dirasakan oleh para pelaku pendidikan termasuk saya sendiri. dan
saya menyadari apa yang mereka lakukan saya pun pernah melakukan hal yang sama.
dimana pada saat harus ada tuntutan nilai harus bagus, kalo tidak bagus tidak
naik kelas dan bahkan tidak lulus. disitulah mulai ada tekan dan kecemasan yang
pada akhirnya kita lupa akan kemampuan kita sendiri.
pada saat kita menyadari
kemampuan kita pada saat itulah kita mulai mengetahui apa yang disebut proses, jika
kita sudah melalui proses tersebut maka kita akan lebih tau letak ketidak
kemampuan kita berada dimana, setelah kita tahu disitulah kita mulai belajar
lagi, mulai dipahami lagi, mulai diteliti lagi. Pada akhirnya semua akan bisa kita
lalui keingin untuk dapat hasil yang terbaik.
Tapi terkadang ada pula yang
sudah melalui proses tersebut meraka
mendapatkan hasil yang tidak sesui dengan apa yang diinginkan atau diharapkan. Dan
disinilah letak proses yang sesungguhnya dimana pada saat kita melalui sesuatu
dengan cara instan atau cepat disitu kita masih belum mengetahui hasil dan
resiko yang kita dapat contohnya dari percakapan
diatas jika anak mengerjakan ujian dengan cara menyotek pada saat hasilnya
kurang baik, yang terjadi adalah menyalahkan orang lain tapi jika hasilnya baik
resikonya adalah pada saat guru tahu nilainya baik kemudian dikirimlah anak
tersebut mengikuti sebuah olympiade pada akhirnya anak itu akan semakin
terpuruk dan lemah karena dihadapkan pada sesuatu yang bukan dari hasilnya
sendiri, sehingga nilai baiknya tidak ada sama sekali dari cara maupun hasil.
G : sesuai peraturan pada saat
ujian, dilarang menyotek, memakai alat bantu hp,kertas atau apapun.harus
mengerjakan sendiri sesuai kemampuan.
M : wah guru jahat, killer,
terllu ketat.dan lain sebagainya.
G : iya g pa2 saya dibenci atau
kalian g suka sama saya .
M : saya kalo nilainya jelek
dimarahin ya pak sama orang tua bahkan guru mata pelajaranya.
mulailah para murid mengerjakan
ujian. dalam proses ujian tersebut. beberapa kali guru mengingatkan hayo g boleh
nyontek dan saling menyotek. dan pada akhirnya karena masih tetap saling
menyotek atau bekerja sama pada akhirnya salah satu murid dipindahkan kedepan,
murid tersebut duduk disamping guru, itu dilakukan sebagai pelajaran untuk yang
lain agar tidak terjadi hal tersebut. dan itu hanya bertahan beberapa saat saja
dan pada akhirnya setelah diumumkan ujian tinggal 30 menit lagi. disinilah
mulai lagi ada saling menyotek. pada saat itu pula guru tersebut langsung
mengabil LJK anak-anak yang bekerja sama tersebut, bahkan hppun dirampas karena
mencari jawaban melalui hp tersebut. muridpun semakin tidak suka dengan guru
tersebut, kemudian
G : maafkan saya telah melakukan
hal tersebut, saya melakukan ini semua bukan karena saya jahat ataupun
menginginkan nilai kalian jelek. tapi saya melakukan ini karena saya sayang, bahkan
peduli dengan kalian, dan ingin mengubah mindset kalian bahwa nilai bukanlah
yang nomor 1 dalam sebuah pembelajaran atau mencari ilmu melainkan cara untuk
mendapatkan nilai tersebutlah yang terpenting apakah melalui proses ataukah
dengan cara instan.
M : iya pak saya minta maaf.
cerita nyata diatas juga mungkin
sudah pernah dirasakan oleh para pelaku pendidikan termasuk saya sendiri. dan
saya menyadari apa yang mereka lakukan saya pun pernah melakukan hal yang sama.
dimana pada saat harus ada tuntutan nilai harus bagus, kalo tidak bagus tidak
naik kelas dan bahkan tidak lulus. disitulah mulai ada tekan dan kecemasan yang
pada akhirnya kita lupa akan kemampuan kita sendiri.
pada saat kita menyadari
kemampuan kita pada saat itulah kita mulai mengetahui apa yang disebut proses, jika
kita sudah melalui proses tersebut maka kita akan lebih tau letak ketidak
kemampuan kita berada dimana, setelah kita tahu disitulah kita mulai belajar
lagi, mulai dipahami lagi, mulai diteliti lagi. Pada akhirnya semua akan bisa kita
lalui keingin untuk dapat hasil yang terbaik.
Tapi terkadang ada pula yang
sudah melalui proses tersebut meraka
mendapatkan hasil yang tidak sesui dengan apa yang diinginkan atau diharapkan. Dan
disinilah letak proses yang sesungguhnya dimana pada saat kita melalui sesuatu
dengan cara instan atau cepat disitu kita masih belum mengetahui hasil dan
resiko yang kita dapat contohnya dari percakapan
diatas jika anak mengerjakan ujian dengan cara menyotek pada saat hasilnya
kurang baik, yang terjadi adalah menyalahkan orang lain tapi jika hasilnya baik
resikonya adalah pada saat guru tahu nilainya baik kemudian dikirimlah anak
tersebut mengikuti sebuah olympiade pada akhirnya anak itu akan semakin
terpuruk dan lemah karena dihadapkan pada sesuatu yang bukan dari hasilnya
sendiri, sehingga nilai baiknya tidak ada sama sekali dari cara maupun hasil.
0 comments:
Post a Comment