SUFI JALANAN
"Hai hai... selamat siang, bertemu lagi deh.. semoga gak
bosen-bosen baca tulisan saya. ^_^ . Dimanapun kita berada tentunya banyak
guru-guru disekitar kita. Siapapun bisa menjadi guru, dan kali ini saya dapat
pelajaran yang luar biasa. Bagi saya dia adalah sufi jalanan.
"
Hai hai... selamat siang, bertemu lagi deh.. semoga gak
bosen-bosen baca tulisan saya. ^_^ . Dimanapun kita berada tentunya banyak
guru-guru disekitar kita. Siapapun bisa menjadi guru, dan kali ini saya dapat
pelajaran yang luar biasa. Bagi saya dia adalah sufi jalanan.
Di suatu waktu dan temapat ada syukuran di salah satu
kerabat. Yang namanya syukuran biasanya makan-makan,,hehehe,, “asek..” gumam
dalam hati. Ngobrol ngalor-ngidul dan
tiba saatnya kami makan, ada yang aneh
dari perilaku dia ini. Bener-bener aneh cara dia makan. Kopi dan nasi di
jadikan satu, beberapa makanan buah juga di campur. Tidak biasa nih orang
(gumam saya).
-----
Awalnya saya biasah-biasah saja dan tidak mampu menangkap
apa yang dimaksud dia ini. Ehh... ternyata, ada makna dibalik simbol (peristiwa) yang diberikan, ada
makna di baliknya.
Apa itu?... melepas kemelekatan/ keluar dari kotak / out of
the box, apalagi melepas Soul dalam
raga ini.
Lidah – lidah sebagai indikator saja saat masuk ke mulut,
enak dan tidak enak. Akan tetapi saat diperut makanan itu akan bercampur. Tapi
kita sendiri yang memilah-milah antara enak dan tidak enak. Artinya dalam
kehidupan ini pasti ada yang pahit dan manis, ada yang menyenangkan dan ada
yang tidak mengenakkan. Dan tanpa kita pungkiri kita akan mendapatkan dari sisi
dualitas tersebut. Ini berarti masih pada tataran Mind. Artinya masih mendefinisakn enak dan tidak enak.
Perut – saat makanan sudah masuk ke perut makanan itu
bercampur jadi satu, entah itu kopi, nasi, daging, buah, air jus, dll. Dari sini
yang membedakan. Dalam tataran Soul,
semua sama entah itu kamu, dia, mereka, aku, kita, kami, semua sama yaitu satu Jiwa.
***********
Suatu hari lagi juga dia pernah cerita tentang kisahnya saat
setelah dia menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi jurusan
teknik Elektro (arus kuat). Biasanya dia gak pernah cerita-cerita seperti ini,
yah... karna saya penasaran, dengan berbagai teknik olah bahasa akhirnya dia
mau juga cerita... hehehe. Lanjut cerita, seetelah dia selesai kuliah, dia
sempat cari kerja. Tapi dia saat melamar pekerjaan tersebut tidak menggunakan ijazah kuliahnya. Dia hanya menggunakan
ijazah SMP. Dari ijaah SMP tersebut
dia melamar sebagai Cleaning Service. Singkat cerita akhirnya dia diterima di
perusahaan tersebut, walau berijazahkan SMP.
Mungkin ada yang bilang “biasah saja, ya pantesan ijasah SMP
ngalamar jadi cleaning service”.
Biasah memang, akan tetapi ditiap perjalanan dia, waktu demi
waktu pada suatu saat ada masalah di bagian mesin pada perusahaan tersebut. Dan bila mesin ini rusak, para
pekerja tidak bisa melanjutkan aktifitasnya. Saat dia tau bahwa mesin itu
rusak, dan dia sempat melihat para teknisi kebingungan untuk memperbaiki mesin
tersebut, akhirnya dia menawarkan diri
pada komandan teknisi untuk mencoba membantu memperbaiki mesin yang rusak
tersebut.
Jrengg...... akhirnya mesin bisa dioperasikan lagi. Dan saat
itu juga dia ditawari untuk dipindah posisi jadi anggota teknisi dan dia
menerimanya. Sampai selang beberapa waktu akhirnya dia bisa memposisikan sebagai
Manager Teknisi. Hanya berijazahkan
SMP saat melamar. Hmm..
---------
Tentunya anda dapat mengambil kesimpulan sendiri-sendiri
dari cerita tersebut. Dan boleh jadi cerita semacam ini juga sudah tidak asing
bagi anda. Bagi saya cerita ini menggambarkan Ketidak Terikatan/
pembelajaran ketidak Melekatan
terhadap apa yang namanya Title Ijazah,, hehehe. Keberanian dia untuk mencoba
mengawali dari bawah tapi kemampuannya mumpuni. Lembaran kertas berupa Ijazah
hanyalah Simbol. Ruhnya ada di
baliknya. Sesuatu yang tak berwujud
tapi mewujud.
*****
Tidak hanya 2 cerita diatas, dia ini terkadang unik. Unik?..
Maksudnya?.. iya unik yang terkadang dia jadi penjual ‘asongan’ di keramaian. Terkadang dia juga menjadi tukang ojek. Padahal dia pintar dan
uangnya lumayan lah menurut saya, dan kenalannya juga orang-orang berjabat di
pemerintahan. Ditawari kuliah lagi dan gratis oleh beberapa universitas dia
tolak.
------
Nah kali ini pelajaran untuk saya adalah melepas keterikatan
lagi, Melepas ke Aku-an. Dan dia ini q sebut sebagai sufi jalanan. Simbol-simbol
keSufi-an yang terlihat dari sikap
melepas kemelekatannya dan melepas keAkuannya dari kemampuannya, hartanya, dan
kewibawaannya.
***
Dia ini guru saya sekaligus teman dan sahabat sharing saya.
Dan mari belajar bersama dan bertumbuh bersama memaknai di setiap Simbol-Simbol yang lebih esensi.
#Symbolic
NET Center _/|\_
"
Di suatu waktu dan temapat ada syukuran di salah satu
kerabat. Yang namanya syukuran biasanya makan-makan,,hehehe,, “asek..” gumam
dalam hati. Ngobrol ngalor-ngidul dan
tiba saatnya kami makan, ada yang aneh
dari perilaku dia ini. Bener-bener aneh cara dia makan. Kopi dan nasi di
jadikan satu, beberapa makanan buah juga di campur. Tidak biasa nih orang
(gumam saya).
-----
Awalnya saya biasah-biasah saja dan tidak mampu menangkap
apa yang dimaksud dia ini. Ehh... ternyata, ada makna dibalik simbol (peristiwa) yang diberikan, ada
makna di baliknya.
Apa itu?... melepas kemelekatan/ keluar dari kotak / out of
the box, apalagi melepas Soul dalam
raga ini.
Lidah – lidah sebagai indikator saja saat masuk ke mulut,
enak dan tidak enak. Akan tetapi saat diperut makanan itu akan bercampur. Tapi
kita sendiri yang memilah-milah antara enak dan tidak enak. Artinya dalam
kehidupan ini pasti ada yang pahit dan manis, ada yang menyenangkan dan ada
yang tidak mengenakkan. Dan tanpa kita pungkiri kita akan mendapatkan dari sisi
dualitas tersebut. Ini berarti masih pada tataran Mind. Artinya masih mendefinisakn enak dan tidak enak.
Perut – saat makanan sudah masuk ke perut makanan itu
bercampur jadi satu, entah itu kopi, nasi, daging, buah, air jus, dll. Dari sini
yang membedakan. Dalam tataran Soul,
semua sama entah itu kamu, dia, mereka, aku, kita, kami, semua sama yaitu satu Jiwa.
***********
Suatu hari lagi juga dia pernah cerita tentang kisahnya saat
setelah dia menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi jurusan
teknik Elektro (arus kuat). Biasanya dia gak pernah cerita-cerita seperti ini,
yah... karna saya penasaran, dengan berbagai teknik olah bahasa akhirnya dia
mau juga cerita... hehehe. Lanjut cerita, seetelah dia selesai kuliah, dia
sempat cari kerja. Tapi dia saat melamar pekerjaan tersebut tidak menggunakan ijazah kuliahnya. Dia hanya menggunakan
ijazah SMP. Dari ijaah SMP tersebut
dia melamar sebagai Cleaning Service. Singkat cerita akhirnya dia diterima di
perusahaan tersebut, walau berijazahkan SMP.
Mungkin ada yang bilang “biasah saja, ya pantesan ijasah SMP
ngalamar jadi cleaning service”.
Biasah memang, akan tetapi ditiap perjalanan dia, waktu demi
waktu pada suatu saat ada masalah di bagian mesin pada perusahaan tersebut. Dan bila mesin ini rusak, para
pekerja tidak bisa melanjutkan aktifitasnya. Saat dia tau bahwa mesin itu
rusak, dan dia sempat melihat para teknisi kebingungan untuk memperbaiki mesin
tersebut, akhirnya dia menawarkan diri
pada komandan teknisi untuk mencoba membantu memperbaiki mesin yang rusak
tersebut.
Jrengg...... akhirnya mesin bisa dioperasikan lagi. Dan saat
itu juga dia ditawari untuk dipindah posisi jadi anggota teknisi dan dia
menerimanya. Sampai selang beberapa waktu akhirnya dia bisa memposisikan sebagai
Manager Teknisi. Hanya berijazahkan
SMP saat melamar. Hmm..
---------
Tentunya anda dapat mengambil kesimpulan sendiri-sendiri
dari cerita tersebut. Dan boleh jadi cerita semacam ini juga sudah tidak asing
bagi anda. Bagi saya cerita ini menggambarkan Ketidak Terikatan/
pembelajaran ketidak Melekatan
terhadap apa yang namanya Title Ijazah,, hehehe. Keberanian dia untuk mencoba
mengawali dari bawah tapi kemampuannya mumpuni. Lembaran kertas berupa Ijazah
hanyalah Simbol. Ruhnya ada di
baliknya. Sesuatu yang tak berwujud
tapi mewujud.
*****
Tidak hanya 2 cerita diatas, dia ini terkadang unik. Unik?..
Maksudnya?.. iya unik yang terkadang dia jadi penjual ‘asongan’ di keramaian. Terkadang dia juga menjadi tukang ojek. Padahal dia pintar dan
uangnya lumayan lah menurut saya, dan kenalannya juga orang-orang berjabat di
pemerintahan. Ditawari kuliah lagi dan gratis oleh beberapa universitas dia
tolak.
------
Nah kali ini pelajaran untuk saya adalah melepas keterikatan
lagi, Melepas ke Aku-an. Dan dia ini q sebut sebagai sufi jalanan. Simbol-simbol
keSufi-an yang terlihat dari sikap
melepas kemelekatannya dan melepas keAkuannya dari kemampuannya, hartanya, dan
kewibawaannya.
***
Dia ini guru saya sekaligus teman dan sahabat sharing saya.
Dan mari belajar bersama dan bertumbuh bersama memaknai di setiap Simbol-Simbol yang lebih esensi.
#Symbolic
NET Center _/|\_
0 comments:
Post a Comment